Sabtu, 11 Oktober 2014

Njenengan Kemana?!



Aku pernah rasakan,
Kesejukan embun saat terik matahari,
Aku pernah rasakan,
Hembus angin gunung dalam panas bara api,

Aku pernah rasakan,
Rintik hujan ditengah gumul sahara,
Aku pernah rasakan,
Lebih, dari apa yang pernah ku rasakan, tenangnya,
Puasnya, sempurnanya dan mungkin segalanya.

Bersama DIA, si senja buta yang sirna dalam pekat malam,
Aku bahagia, aku damba ia, ku rindukannya.

Hingga sempurna, tiga dasawarsa berlalu,
Ilalang kering, terbang, menghilang,
Kemudian, kembali bermunculan.
Teruus saja begitu,
Dan Aku, masih juga di sini,
Menanti suntuk setia, si senja buta,
Menjelma aurora akhir gelap malam,
Kusebutnya, fajar penantian.

Agar penantian, tak hanya dikhayal.
Ku ingin percepat pertemuan, bersama fajar subuh,
walau hanya jelma senja buta.

Njenengan Kemana?!



Aku pernah rasakan,
Kesejukan embun saat terik matahari,
Aku pernah rasakan,
Hembus angin gunung dalam panas bara api,

Aku pernah rasakan,
Rintik hujan ditengah gumul sahara,
Aku pernah rasakan,
Lebih, dari apa yang pernah ku rasakan, tenangnya,
Puasnya, sempurnanya dan mungkin segalanya.

Bersama DIA, si senja buta yang sirna dalam pekat malam,
Aku bahagia, aku damba ia, ku rindukannya.

Hingga sempurna, tiga dasawarsa berlalu,
Ilalang kering, terbang, menghilang,
Kemudian, kembali bermunculan.
Teruus saja begitu,
Dan Aku, masih juga di sini,
Menanti suntuk setia, si senja buta,
Menjelma aurora akhir gelap malam,
Kusebutnya, fajar penantian.

Agar penantian, tak hanya dikhayal.
Ku ingin percepat pertemuan, bersama fajar subuh,
walau hanya jelma senja buta.